Tuesday 22 September 2015

Local Heroes, Bekerja Dengan Ikhlas Untuk Keselamatan Orang Banyak.

Lokasi ini berada di Bekasi, tepatnya di Kampung Bulu, Desa Setia Mekar, Kec.Tambun Selatan. Orang Bekasi pasti tahu lah...! ? atau jangan-jangan anda sering lewat di jalan ini. Itu lho...yang di belakang 'Swalayan Naga' Tambun...!



 Dulu waktu jalan ini masih sepi, kalau saya naik motor dan akan melintas, maka saya turun dulu, motor di parkir, dan saya naik ke atas rel untuk melihat apakah ada kereta lewat atau tidak. Saya tidak berani langsung melintas karena tidak bisa terlihat jika ada kereta yang akan lewat. Kalau sudah yakin tidak ada kereta yang akan segera lewat, segera ambil motornya dan menyeberang.

Kalau naik motornya berboncengan maka yang bonceng turun dulu untuk memberi aba-aba dari atas rel, apakah bisa langsung melintas atau harus nunggu karena kereta akan segera lewat.

Rel kereta ini tidak berpintu otomatis dan berada pada posisi di atas tanggul, jadi kendaraan yang akan melintas rel, posisi jalan menanjak, dan setelah melintasi rel, jalan akan turun kembali. Posisi ini sangat sulit untuk melihat dari mana arah datangnya kereta, sudah jauh apa dekat keretanya.

Bayangkan jika pengendara motor langsung melintas, dan tiba-tiba ada kereta yang lewat, tentu akan sangat berbahaya bagi keselamatan. Bisa-bisa nyawa melayang karena tidak bisa menghindar lagi. Dan kita pasti tahu kalau ada korban meninggal karena di tabrak kereta pasti kondisinya sangat parah. Bahkan bisa jadi badan hancur berkeping-keping, tak tahu lagi di mana badan, kepala, dan kaki, tangan, kadang sudah terpisah-pisah. Udah gitu tak ada yang bertanggung jawab, dari PJKA misalnya, atau masinisnya barangkali, tapi mereka nggak bisa di tuntut, apapun alasannya. Memang aturanya begitu, yang pasti si korban yang salah.

Seiring perkembangan zaman penghuni dan jalan yang mulus, maka perlintasan ini sekarang ramai di lewati kendaraan roda dua. Apalagi pagi dan sore saat karyawan berangkat dan pulang kerja. Ratusan motor melintas rel tak berpintu ini. Dan hanya seorang relawan yang "bertanggung jawab" memberikan komando saat kereta hendak melintas. Jika tidak ada si relawan, mungkin setiap hari di lintasan ini ada korban yang di"makan" kereta api.

Menurut saya, kehadiran relawan yang menjaga lintasan rel kereta ini sangat membantu pengendara motor yang lewat. Tidak perlu lagi turun dari motor untuk melihat ke atas tanggul (rel) seperti saya dulu. Dengan sukarela si relawan memberi tahukan apakah bisa langsung lewat atau harus berhenti dulu mendahulukan kereta api melintas. Rasanya tidak berlebihan jika saya menyebutnya sebagai local heroes.

Motor yang lewat ada yang memberikan uang, tapi  banyak juga yang tidak. Yang memberikan uang biasanya Rp.500,-. Mungkin dari 20-50 motor yang lewat hanya 1 yang memberikan rupiah, alias 50:1. Tapi saya lihat si "penjaga" rel itu tidak marah. Terus saja menjalankan "tugas"nya.

Local Heroes ini termasuk  orang yang berbuat untuk keselamatan orang banyak, sementara secara status ia bukan karyawan, dan bukan apa-apa, juga tidak ada gaji pokok yang bisa di harapkan dengan pasti. Gajinya yang hanya menunggu orang lewat yang mau memberikan uang saja.

Ironisnya mungkin ada sebagian orang yang boro-boro menganggap Local Heroes, tapi bahkan menganggap sebagai pengangguran yang memanfaatkan kesempatan di lintasan kereta.

Memang namanya saja local heroes, tentu tidak seperti pahlawan besar yang di tetapkan sebagai pahlawan nasional oleh presiden, dan tidak di siarkan di televisi. Oleh karena itu saya ucapkan terimakasih kepada Myrepublic yang telah mengangkat tema Local Heroes sebagai topik yang harus di tulis dalam ajang kompetisi blog kali ini.

Dan kepada pembaca semuanya mari kita lebih hargai lagi orang-orang yang ada di sekitar kita, yang  kehadiran mereka sering di remehkan. Namun ternyata mereka membawa manfaat untuk orang banyak.








Previous Post
Next Post

0 comments: